Batik adalah ekspresi kreatifitas budaya yang memiliki makna simbolis yang unik dan nilai estetika yang tinggi. Keunikan yang indah itu merupakan salah satu perwujudan karakter si pembatik, karena dalam menciptakan motif-motif yang unik itu akan lebih banyak melibatkan perasaan atau suasana hati.
Daya khayal si pembatik dalam menggambarkan sebuah motif sangat mempengaruhi hasil akhir motif. Dan karena itu pula maka hampir tidak pernah terjadi ada dua kain panjang batik dengan satu motif batik, yang hasilnya sama dan serupa.
Seni batik itu sendiri merupakan perpaduan antara seni motif atau ragam hias dan seni warna yang diproses melalui pencelupan dan lilin batik sebagai perintangnya.
Batik telah menyertai kehidupan bangsa Indonesia sepanjang masa dan telah mendarah daging. Batik digemari, disenangi, dan selalu ingin dimiliki dan dipakai, baik sebagai hasil kesenian maupun sebagai bahan sandang dan kebutuhan hidup lainnya.
Pada umumnya kain batik digunakan untuk bermacam- macam keperluan baik rumah tangga, busana maupun hiasan. Pemakaian batik yang biasa kita lihat adalah untuk kain batik samping atau kain bebad (Jawa: Jarit, jarik), kain batik sarung, ikat kepala, taplak meja, sprei, selendang, gorden, busana, dan untuk keperluan lainnya. Sehingga batik mempunyai nilai ekonomis yang bisa dikategorikan sebagai produk budaya.
Batik Pewarna Alami
Kita semua tahu bahwa persoalan yang timbul pada proses pembuatan batik yang menggunakan bahan pewarna sintetis adalah masalah pencemaran lingkungan, oleh karena itu seiring dengan berjalannya waktu dan pengetahuan para pembatik serta kesadaran akan pelestarian lingkungan, maka para pembatik sudah mulai kembali menggunakan pewarna alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti yang digunakan oleh para pendahulu kita.
Dengan menggunakan bahan pewarna alam tidak hanya menghasilkan produk yang ramah lingkungan, tetapi juga proses produksi serta orang yang terlibat didalamnya akan terbebas dari masalah pencemaran lingkungan.
Bicara mengenai pelestarian lingkungan pada proses pembuatan batik dengan pewarna alam, tidak hanya mengatasi masalah limbah tetapi juga menyangkut penghematan dalam menggunakan air tanah.
Karena produk yang dihasilkan dari batik warna alam aman bagi lingkungan, sehingga air bekas cucian kain bisa langsung dimasukkan ke dalam lubang resapan yang jaraknya tidak jauh dari sumber air bersih dalam hal ini sumur. Sehingga ketersediaan air bersih akan tetap terjaga.
Pengrajin batik seharusnya konsisten menggunakan bahan pewarna alam, sehingga ragam batik yang dihasilkan mempunyai ciri khas tersendiri baik dari segi warna maupun motif.
Pengrajin Batik
Meskipun dengan pengetahuan yang sangat minim mengenai seluk beluk batik karena latar belakang yang bukan dari keturunan pembatik, tetapi semua orang bisa membatik dengan kerja keras dan ketekunan sehingga bisa sebagai pecanting baru.
Memberikan pelatihan membatik terutama kepada kaum perempuan agar bisa melukis di atas kain dengan menggunakan lilin yang biasa disebut ‘mencanting’, bisa memberikan penghasilan tambahan bagi keluarga.
Keterlibatan kaum muda dalam proses produksi banyak memberi penyegaran dalam desain, sehingga terkumpul corak-corak batik baru. Dengan demikian, selain batik-batik bercorak tradisional, motif-motif kontemporer juga tampil signifikan dalam kreasi-kreasi batik.
Dengan diadakannya pelatihan secara terus menerus kepada generasi baru pembatik, diharapkan akan meningkatkan kesadaran budaya batik tulis sehingga dapat mendukung pelestarian warisan budaya Indonesia, dan yang penting akan membantu pemerintah dalam penyediaan lapangan pekerjaan.