
Jepang dikenal sebagai negara modern yang sangat maju dalam bidang industri, teknologi, dan ekonomi. Namun di balik wajah modern tersebut, masyarakat Jepang tetap memelihara tradisi leluhur yang telah diwariskan sejak berabad-abad lalu. Salah satu bentuk nyata dari kelestarian budaya tersebut adalah penyelenggaraan matsuri.
Matsuri bukan sekadar pesta rakyat atau festival hiburan, melainkan upacara ritual yang memiliki nilai religius, historis, dan kultural. Hampir setiap daerah di Jepang memiliki matsuri dengan ciri khas masing-masing, yang diselenggarakan baik secara periodik maupun insidental. Keberadaan matsuri menjadi bukti kuat bahwa modernisasi tidak serta-merta menghapus identitas budaya bangsa Jepang.
Pengertian Matsuri
Secara bahasa, matsuri berasal dari kata kerja matsuru yang berarti berdoa, memuja, menyembah, atau mempersembahkan diri kepada dewa (kami). Dalam bahasa Inggris, kata ini sering diterjemahkan sebagai festival, sedangkan dalam bahasa Indonesia kerap disebut pesta rakyat. Namun, makna matsuri jauh lebih mendalam daripada sekadar pesta.
Menurut Kunio Yanagita, matsuri merupakan bentuk perilaku keagamaan masyarakat Jepang, sebuah upacara untuk mengundang atau menghadirkan dewa agar memberikan petunjuk dan berkah. Hal ini menegaskan bahwa matsuri adalah bagian dari kepercayaan spiritual masyarakat Jepang, meskipun tidak terikat pada agama formal dengan kitab suci atau nabi.
Latar Belakang Historis
Tradisi matsuri telah ada sejak zaman kuno dan erat kaitannya dengan kepercayaan Shinto maupun Buddha. Masyarakat Jepang meyakini bahwa dewa (kami) hadir dalam kehidupan sehari-hari dan berperan penting dalam keberlangsungan hidup, mulai dari pertanian, perdagangan, hingga kesehatan.
Upacara matsuri diselenggarakan sebagai wujud syukur, doa, dan harapan agar dewa memberikan perlindungan serta rezeki. Misalnya, matsuri untuk memohon hujan saat musim kemarau, atau matsuri untuk merayakan panen yang melimpah.
Jenis-Jenis Matsuri
Matsuri Aksidental (Ninigire)
Matsuri jenis ini diselenggarakan untuk tujuan khusus, biasanya berdasarkan kebutuhan masyarakat. Contohnya:
- Memohon kelahiran anak yang sehat.
- Menghindarkan diri dari bencana alam atau penyakit.
- Upacara syukur atas pembelian rumah atau kendaraan baru.
Matsuri Periodik (Nenchugyoji)
Matsuri jenis ini diselenggarakan secara rutin setiap tahun dan menjadi bagian dari kalender budaya Jepang. Beberapa contohnya:
- O-Bon: upacara untuk menghormati arwah leluhur, biasanya pada pertengahan Juli atau Agustus.
- O-Shogatsu: perayaan tahun baru dengan berbagai ritual dan doa keselamatan.
- Festival Musim: upacara yang diselenggarakan untuk menandai pergantian musim, seperti musim semi atau musim gugur.
Unsur-Unsur Penting dalam Matsuri
Menurut Yanagita, terdapat beberapa unsur yang harus ada dalam penyelenggaraan matsuri:
-
Sao
Tiang khusus yang didirikan sebagai tanda tempat turunnya dewa. Bentuknya bisa berupa pohon, tongkat, atau campuran keduanya. -
Mono no Imi
Penyucian diri dan lingkungan dari segala hal yang dianggap kotor sebelum pelaksanaan ritual. -
Shinchi
Penempatan dewa sebagai objek pemujaan utama. -
Shinya
Pemimpin upacara (toya) yang bertanggung jawab atas jalannya matsuri. -
Shintai atau Kamizawa
Kegiatan penyambutan dewa yang diundang dalam upacara. -
Sekku atau Shingu
Sajian suci yang dipersembahkan untuk dewa. -
Saijitsu
Penentuan waktu penyelenggaraan, biasanya terkait penanggalan matahari atau sistem Kanshi dari Cina.
Fungsi dan Makna Matsuri
Wujud Religiusitas
Meskipun Jepang sering digambarkan sebagai bangsa sekuler, matsuri memperlihatkan sisi religius yang kuat. Ritual ini menunjukkan bahwa masyarakat Jepang tetap menjunjung tinggi nilai spiritual, meskipun tidak diwujudkan dalam bentuk agama formal.
Pemeliharaan Tradisi
Matsuri menjadi media untuk melestarikan tradisi, kesenian, dan nilai-nilai lokal. Berbagai pertunjukan, pakaian tradisional, serta musik khas sering menjadi bagian dari matsuri, yang memperkuat identitas budaya masyarakat.
Ikatan Sosial
Penyelenggaraan matsuri melibatkan partisipasi masyarakat secara kolektif. Hal ini mempererat hubungan sosial, baik di tingkat keluarga maupun komunitas. Gotong royong yang ditunjukkan saat persiapan dan pelaksanaan matsuri menjadi bukti solidaritas sosial yang tinggi.
Perbedaan Matsuri dan Festival
Meskipun sering diterjemahkan sebagai festival, makna matsuri lebih religius dan spiritual. Festival dalam bahasa Indonesia identik dengan pesta rakyat atau hiburan massal, sementara matsuri memiliki dimensi religius yang tidak dapat dipisahkan.
Matsuri pada hakikatnya adalah pertemuan antara manusia dan dewa. Tujuan utamanya bukan semata-mata hiburan, melainkan ungkapan syukur, doa, dan permohonan berkah. Dengan demikian, menyamakan matsuri dengan festival biasa berpotensi menyederhanakan makna yang sebenarnya.
Keberlangsungan Matsuri di Era Modern
Di tengah modernisasi yang pesat, matsuri tetap hidup dan bahkan semakin dikenal luas. Banyak wisatawan internasional datang ke Jepang untuk menyaksikan matsuri, menjadikannya bagian dari daya tarik pariwisata budaya.
Masyarakat Jepang sendiri tetap setia melaksanakan matsuri, baik di kota besar maupun desa kecil. Hal ini menunjukkan bahwa modernisasi tidak menghapus tradisi, melainkan membuatnya lebih adaptif dengan perkembangan zaman.
Kesimpulan
Matsuri adalah tradisi ritual yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jepang. Lebih dari sekadar festival, matsuri merupakan wujud religiusitas, penghormatan kepada dewa, serta media pelestarian budaya. Keberadaannya hingga kini menunjukkan betapa kuatnya akar tradisi Jepang, meskipun bangsa ini telah menjadi negara modern dengan teknologi canggih.
Dari sisi budaya, matsuri membuktikan bahwa modernisasi tidak harus berarti meninggalkan tradisi. Jepang berhasil menjaga keseimbangan antara wajah modern dan wajah tradisional, menjadikannya bangsa dengan identitas budaya yang unik.
Glosarium
- Matsuri: upacara ritual Jepang untuk menghormati atau mengundang dewa.
- Matsuru: kata kerja yang berarti berdoa, memuja, atau menyembah.
- Kami: sebutan untuk dewa dalam kepercayaan Shinto.
- Ninigire: jenis matsuri yang diselenggarakan secara insidental sesuai kebutuhan.
- Nenchugyoji: matsuri periodik yang dilaksanakan secara rutin setiap tahun.
- Toya: pemimpin ritual yang bertanggung jawab atas jalannya matsuri.